Manisnya Dumbeg Khas Rembang
Kab. Rembang : Makanan khas pasti dimiliki oleh suatu daerah tempat asalnya. Khas dapat dinilai dari banyaknya orang yang memanfaatkan, atau ciri tempat untuk membuatnya, serta bentuknya yang lain dari pafa yang lain. Seperti halnya makanan yang satu ini, “Dumbeg” bisa jadi sangat asing di telinga kebanyakan orang. Makan apa itu Dumbeg? pertanyaan itu pasti akan terlontarkan. Tetapi untuk masyarakat Rembang, Dumbeg bukanlah nama yang aneh. Dumbeg merupakan salah satu makanan khas dari kabupaten Rembang.
Dumbeg adalah salah satu makanan/jajanan yang khas dari Rembang. Terbuat dari campuran gula aren, tepung tapioka dan tepung ketan yang ditaburi kelapa muda yang dicincang kotak kecil dan dibalut dengan wadah yang terbuat dari daun lontar. Aroma daun lontar dan rasa manis dari gula aren membuat Dumbeg menjadi salah satu jajanan yang banyak digemari masyarakat lasem karena segi alaminya.
Terkadang pembungkus dari Dumbeg ini juga dibuat dari bahan janur kelapa. Bentuk pembungkus adonan Dumbeg dibuat mengkerucut sehingga tampak seperti corong. Bagian bawah kecil dan tidak berlubang, semakin ke atas semakin melebar sampai dengan panjang yang diinginkan. Bagian atas dibiarkan terbuka dengan menawarkan warna dari adonan yang suda dimasak yang terlihat kecoklatan karena pengaruh gula aren asli.
Cara memasaknya pun tergolong mudah. Pertama, campur santan kelapa yang kental, gula aren, dan sedikit garam. Rebus hingga mendidih dan mencair. Kedua, campurkan tepung dengan air kapur sirih, diaduk rata. Campurkan santan yang telah dibuat sebelumnya dan ratakan, sampai adonan terlihat cair. Campur juga potongan kelapa yang sudah dipotong kecil-kecil ke dalam adonan. Ketiga, siapkan pembungkus yang terbuat dari daun lontar dengan bentuk mengkerucut. Isikan adonan ke dalam pembungkus tersebut. Keempat, kukus adonan yang sudah dimasukkan ke dalam pembungkus sampai matang. Kelima, sajikan.
Untuk masyarakat Rembang sendiri, Dumbeg biasa dijumpai pada saat acara-acara besar seperti pernikahan, lamaran, pesta rakyat (sedekah bumi), dan lain-lain. Untuk yang menjual makanan ini, Dumbeg dijual dengan harga Rp500 per biji. Penjualan Dumbeg diatur per ikat, dengan jumlah Dumbeg sebanyak 10 biji seharga Rp5000 per ikat. Biasanya di pasar-pasar tradisional daerah Rembang dapat dijumpai pedagang-pedagang yang menjajakan jajanan ini dengan harga tersebut. Cocok untuk oleh-oleh dari Rembang.
Daya tahan makanan ini tergolong tidak lama, karena termasuk makanan basah. Daya tahan simpan di suhu biasa antara 2-3 hari saja, tapi jika dimasukkan ke pendingin bisa sampai 4-5 hari.
Sumber : Touring Misterje, 3 Juni 2012 ; mengenalrembang.blogspot.com
itu tuh yang dalemnya kenyal ya mas?
terimakasih 😉
Iya mbak.. Manis banget rasanya.. hehehe
gimana sih mas cara pembuatanya?
terimakasih 😉
Wah kalo pembuatan belum begitu paham ya, soalnya belum diliput sampai pada tahap pembuatannya.